Foldertekno.com – JAKARTA – Perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) semakin pesat juga mulai berdampak pada berbagai aspek kehidupan, termasuk sektor ketenagakerjaan. Sejak Open Artificial Intelligence merilis Pengolah Bahasa Alami GPT pada November 2022, pemanfaatan Teknologi AI di berbagai bidang kian meningkat sehingga mengakibatkan kegelisahan akan hilangnya beberapa pekerjaan akibat otomatisasi.
Laporan dari Goldman Sachs mengungkapkan, Artificial Intelligence generatif memengaruhi hingga 300 jt pekerjaan penuh waktu pada seluruh dunia. Beberapa profesi yang mana berisiko tergantikan antara lain ilustrator/desainer, content writer, teller, kasir, buruh, hingga penerjemah bahasa.
Menanggapi fenomena ini, pengamat teknologi dari Universitas Negeri Ibukota (UNJ), Dr. Osly Usman M.Bus Mgt., M.Bus Syst., CRP., CMDP., menjelaskan, Teknologi AI memang benar berpotensi menggantikan pekerjaan yang digunakan bersifat repetitif juga berbasis aturan. Namun, Teknologi AI semata-mata menggantikan tugas tertentu pada pekerjaan, bukanlah sepenuhnya mengeliminasi peran manusia.
“Misalnya, Kecerdasan Buatan pada desain mampu menghasilkan kembali ilustrasi otomatis, tetapi kreativitas dan juga pemahaman konsep yang digunakan mendalam tetap memperlihatkan menjadi keunggulan manusia. Dalam bidang seperti content writing lalu penerjemah, Teknologi AI dapat memecahkan atau mempercepat proses produksi, tetapi masih memerlukan intervensi manusia untuk menegaskan kualitas konteks nuansa yang tepat,” ujar Osly untuk Sindonews.
“Oleh dikarenakan itu, pekerjaan di tempat bidang ini perlu beradaptasi dengan AI, tidak menganggapnya sebagai ancaman, melainkan alat bantu untuk meningkatkan efisiensi lalu efektivitas pekerjaan mereka,” ia menambahkan.
Lebih lanjut, Osly juga menekankan pentingnya kolaborasi dengan Teknologi AI pada dunia kerja. Menurutnya, pemanfaatan Artificial Intelligence sebagai alat bantu dapat meningkatkan produktivitas, misalnya desainer dapat memanfaatkan Teknologi AI untuk mempercepat proses desain awal, sementara penulis bisa saja menggunakan Artificial Intelligence untuk brainstorming ide.
“Meningkatkan keahlian teknologi, memahami cara kerja AI, kemudian bagaimana menggunakannya secara efektif akan menjadi nilai tambah di bidang pekerjaan tersebut. Artificial Intelligence tidaklah cuma menggantikan pekerjaan lama, tetapi juga menciptakan banyak pekerjaan baru seperti spesialis Teknologi AI dan juga data science, profesi yang dimaksud berprogres pesat dengan meningkatnya keinginan akan analisis data lalu perkembangan AI,” kata Osly.
Sebagai informasi, penerapan Kecerdasan Buatan di tempat Indonesia telah mulai diadopsi di berbagai sektor, termasuk perbankan. Sejumlah bank juga sudah mengimplementasikan chatbot kemudian virtual assistant untuk menggantikan sebagian tugas customer service.
“Kesimpulannya, Kecerdasan Buatan memang sebenarnya dapat menggantikan beberapa pekerjaan, tetapi membuka potensi bagi merek yang tersebut siap beradaptasi. Kuncinya adalah terus belajar lalu mengembangkan keterampilan agar tetap saja relevan dalam era digital ini,” pungkasDr.Osly.